Hampir Hengkang dari Arsenal, Granit Xhaka Buka-Bukaan Soal Insiden Kontra Palace Pada 2019

MGOALINDO – Gelandang Arsenal, Granit Xhaka, hampir hengkang dari klubnya setelah insiden yang dialaminya dengan para pendukung Arsenal. Insiden ini terjadi pada Oktober 2019 lalu, ketika ia dicemooh para penonton di Emirates Stadium saat digantikan pada laga kontra Crystal Palace di Liga Inggris. 

Diwawancara oleh Players’ Tribune, Xhaka mengatakan, “ketika saya menutup mata saya, saya masih bisa melihat wajah mereka. Saya bisa melihat amarah mereka,” katanya. 

“Paspor telah keluar. Saya sudah selesai dengan Arsenal. Berakhir.”

Dalam insiden tersebut, ia bereaksi dengan melambaikan tangannya dan secara sarkastis meletakkan tangan di telinganya kepada para penonton. Ia juga menerikkan sesuatu, melepaskan bajunya, dan masuk ke ruang ganti. 

“Saya baru saja akan bergerak ketika saya mendengar cemooh dari penonton. Dan itu bukan hanya beberapa orang saja di sudut, banyak orang yang melakukannya. 

“Saya terkejut. Saya tidak pernah mengalami hal seperti ini.

“Ini merupakan kebencian. Benar-benar benci. Saya tidak melebih-lebihkannya. 

“Merasakan level kebencian dan tidak dihormati, saya tidak mau memberikannya kepada musuh terbesar saya.”

Pada laga kontra Crystal Palace tersebut, Arsenal yang sempat unggul 2-0. Namun Palace berhasil menyamakan kedudukan Xhaka pun digantikan oleh Bukayo Saka di menit 61. 

“Hingga hari ini, jika kami kalah, saya tidak suka berjalan di beberapa meter terakhir ke ruang ganti. karena saya masih mengenal wajah-wajah tersebut. Orang-orang yang sama duduk di ditu.

“Jadi sekarang saya hanya menunduk. Saya hidup menjalani mimpi buruk itu sekali. Saya tidak mau merasakannya lagi.”

Salah satu kritikan yang diberikan oleh pendukung Arsenal kepada Xhaka ialah kurangnya kedisiplinan di lapangan. Pemain berusia 29 tahun ini telah diberi kartu merah sebanyak 5 kali sejak bergabung dengan tim London Utara ini dari Borussia Monchengladbach pada 2016. 

Namun Xhaka bersikeras, permainan fisik merupakan bagian dari permainan ini dan mengatakan ia tidak akan mengubah gaya permainannya. 

“Ketika kami kalah, saya tahu apa yang orang-orang katakan tentang saya,” tambah kapten tim nasional Swiss ini. 

“Ketika kami bermain bagus, tak ada yang mengatakan apapun, tapi saya tahu apa yang orang-orang pikirkan. Saya tidak lupa apa yang saya dengar. ‘Dia terlalu banyak diberi kartu. Dia membuat kami kalah.’

“Dengar, kartu itu selalu menjadi bagian dari permainan saya. Seperti halnya di Jerman. Ingat 50-50? Saya bekerja keras, juga halnya saat latihan. Jika saya menyikut pemain, saya akan menjadi yang pertama yang minta maaf.

“Tapi sebuah tekel? Ayo lah, ini bukan ballet.”

Setelah insiden tersebut, Xhaka pun akhirnya memutuskan untuk bertahan di Arsenal setelah melakukan pembicaraan dengan sang pelatih, Mikel Arteta, yang menggantikan Unai Emery dua bulan setelah insiden melawan Crystal Palace tersebut. 

Ia mengakui hubungannya dengan para pendukung tidak akah pernah sama lagi, tapi ia menyatakan ingin makian dan perkataan keras kepada pemain harus segera diakhiri. 

“Ini seperti kaca pecah, Anda tahu itu? Kami bisa memperbaikinya, tapi retakan masih akan selalu ada,” ujar Xhaka. 

“Saya ingin kita memiliki hubungan yang lebih baik. Saya ingin kita lebih mengerti satu sama lain.

“Saya mengerti kita tidak akan bisa menjadi teman baik, tapi saya harap kita bisa memperlakukan satu sama lain dengan jujur dan hormat. Saya ingin Anda tahu bahwa apapun yang saya lakukan di lapangan, itu datang dari tempat yang benar. 

“Ya, untuk 90 menit, saya Granit Xhaka, gelandang Arsenal. Tapi di sisa pekan saya hanya seorang warga Swiss yang tinggal di London bersama istri dan dua anak.”