Mesir Adukan Aksi Pendukung Senegal yang Lakukan Intimidasi, Termasuk Rasisme

Tio Prasetyon Utomo

March 30, 2022 · 1 min read

Mesir Adukan Aksi Pendukung Senegal yang Lakukan Intimidasi, Termasuk Rasisme
Football | March 30, 2022
Mohamed Salah mendapat gangguan laser

MGOALINDO – Federasi Sepak Bola Mesir (EFA) resmi mengajukan pengaduan kepada FIFA, CAF, pengawas pertandingan, dan pihak keamanan terkait timnya yang mendapat intimidasi dan rasisme dari pendukung Senegal.

Dalam pernyataannya, mereka mengaku bus tim diserang oleh lemparan batu dan botol, termasuk juga ketika tengah melakukan pemanasan. Selain itu, terdapat juga aksi rasisme yang terlihat dari spanduk di stadion.

“Tim Mesir menjadi korban rasisme lewat spanduk ofensif di tribun yang menyerang para pemain, terutama Mohamed Salah. Lebih dari itu, pendukung Senegal meneror para pemain Mesir dengan melemparkan botol dan batu ketika pemanasan, juga menyerang bus tim yang menyebabkan pecahan kaca dan cedera yang terdokumentasikan dengan gambar dan video yang dilampirkan dalam pengaduan,” tulis pernyataan tersebut.

Mesir memang baru saja kalah dari Senegal lewat babak adu penalti dalam babak kualifikasi Piala Dunia pada Rabu (30/3/22) dini hari WIB. Hasil tersebut membuat mereka gagal bermain di Qatar nanti.

Mohamed Salah termasuk salah satu pemain yang gagal mengeksekusi tendangan 12 pas. Ia terlihat mendapat gangguan laser saat hendak mengambilnya. Gangguan laser memang tampak sepanjang laga.

Perwakilan dari FIFA menyatakan bahwa mereka tengah menganalisa laporan resmi pertandingan tersebut sebelum kemudian mengambil tindakan.

Begitu pun Augustin Senghor yang merupakan Presiden dari Federasi Sepak Bola Senegal sekaligus juga wakil ketua CAF.

“Dari tribun, saya tidak memperhatikan benda yang dilemparkan. Soal laser, jika terjadi maka itu yang pertama kalinya di Senegal. Namun kami tahu bahwa di Kairo ada banyak hal tersebut dan di beberapa negara spesifik. Senegal tidak terbiasa dengan itu,” kata Senghor seperti dikutip dari BBC.

“Menurut opini saya, sepanjang pertandingan saya tidak melihat sesuatu yang dinilai sebagai chauvinisme karena masyarakat Senegal diketahui sangat ramah,” pungkasnya.