Categories: FootballLiga Italia

Presiden Lazio Murka Timnya Seperti Dipaskakan Kalah di Laga Menghadapi AC Milan

Presiden Lazio Claudio Lotito mengklaim tiga kartu merah dalam kekalahan mereka dari Milan layaknya kekalahan yang dipaksakan. Ia menilai hal itu menunjukkan kalau FIGC (Federasi Sepakbola Italia) tidak dapat menjamin keadilan.

Para pemain Lazio sudah marah besar kepada wasit Marco Di Bello setelah dua insiden. Pertama, di mana Mike Maignan bertabrakan dengan Taty Castellanos di area penalti. 

Kedua Luca Pellegrini menerima kartu kuning kedua setelah dilanggar oleh Christian Pulisic. Kala itu ia langsung bereaksi keras yang membuatnya mendapatkan kartu kuning kedua.

Situasi memburuk di menit-menit akhir setelah gol Noah Okafor, ketika Adam Marusic dikeluarkan dari lapangan karena perbedaan pendapat, kemudian Matteo Guendouzi dengan sangat kasar menerima kartu merah karena reaksi pelanggaran terhadap Pulisic.

Pelatih Maurizio Sarri tidak datang untuk berbicara kepada media setelahnya, sehingga hanya Presiden Lotito yang datang untuk mengecam momen yang terjadi di lapangan.

“Ketika pertandingan berjalan seperti ini, harus ada organisme yang disisihkan untuk mengevaluasi situasinya,” kata Lotito.

“Ini berarti sistem tidak dapat diandalkan dan ketika hal itu terjadi, kita memerlukan lembaga tingkat ketiga untuk mengakhiri situasi ini. Ketika Anda melanggar hukum, ada institusi yang menghakimi.

“Menurut saya, hari ini kita sudah melampaui garis merah. Kami melampaui setiap batas yang bisa dibayangkan. Klub akan membuat suaranya didengar di tempat yang tepat sesuai dengan apa yang dilihat semua orang.

“Jika sistem tidak dapat menjamin keandalannya, maka kita perlu mengajukan beberapa pertanyaan. Kami akan membuat suara kami didengar di institusi lain,” jelasnya.

“Saya tidak tahu siapa Di Bello atau dari mana asalnya. Waktunya telah tiba bagi Lega untuk menciptakan elemen ketiga di luar sistem.

“Saya menghormati terhadap aturan dan prestasi kurang saat ini. Ini adalah kekalahan yang dipaksakan. Kematian yang telah diumumkan sebelumnya. Saya tahu institusi mana yang harus kita tuju dan intervensi apa yang bisa kita lakukan.

“Sepakbola adalah tentang nilai-nilai olahraga: saat ini permainan ini sama sekali tidak memiliki nilai-nilai olahraga. Saya tidak membicarakan kekalahan ini dengan penyesalan, namun dengan kepastian atas apa yang saya lihat dan apa yang terjadi,” ungkapnya.

Tio Prasetyon Utomo

42037

Recent Posts

Menpora Tantang Timnas Futsal Putri Bisa Kawinkan Trofi Juara

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Ariotedjo, menantang timnas futsal putri Indonesia untuk bisa mengkawinkan…

6 jam ago

Ragukan Enzo Fernandez, Legenda Chelsea William Gallas: Liga Primer Tidak Cocok Untuknya!

Bintang Gelandang Chelsea, Enzo Fernandez, tengah menjadi sorotan tajam. Setelah didatangkan dengan harga selangit dari…

8 jam ago

Kevin Diks Sudah Gabung Latihan, Shin Tae-yong Jelaskan Mees Hilgers yang Batal Bela Timnas Indonesia

Kevin Diks sudah mulai bergabung latihan dengan skuad timnas Indonesia yang diikuti 27 pemain di…

8 jam ago

Paul Merson Kecewa Arsenal Tak Rekrut Alexander Isak Dari Newcastle United

Legenda Arsenal, Paul Merson, kembali menyuarakan kekecewaannya atas keputusan klubnya yang tidak mendatangkan Alexander Isak…

8 jam ago

Pengganti Robert Lewandowski Ditemukan, Barcelona Bidik Bomber Eintracht Frankfurt Omar Marmoush

Bomber Eintracht Frankfurt, Omar Marmoush, kini menjadi sorotan setelah penampilan impresifnya sejauh musim ini. Ia…

8 jam ago

Real Madrid Cari Bek Baru, Aymeric Laporte Jadi Incaran Utama

Krisis lini belakang yang dialami Real Madrid semakin menguat setelah cedera parah yang kembali menimpa…

8 jam ago