Punya Darah Keturunan Italia, Giroud Menangis Lihat Italia Kalah di Final Piala Dunia

Tio Prasetyon Utomo

May 07, 2022 · 3 min read

Punya Darah Keturunan Italia, Giroud Menangis Lihat Italia Kalah di Final Piala Dunia
Football | May 07, 2022
Punya Darah Italia, Giroud Menangis Ketika Italia Kalah di Final Piala Dunia

MGOALINDO – Olivier Giroud menangis saat Roberto Baggio gagal mencetak gol penalti penentu di final Piala Dunia 1994 dan sedih melihat Milan kalah dari Liverpool di final Liga Champions tersohor tersebut di Istanbul. Hal tersebut karena penyerang Milan ini memiliki kedekatan dengan Italia dan tim nasional Italia. Pemain Prancis ini memiliki darah Italia dari ke dua neneknya. 

“Ketika saya berumur 20 tahun, saya memanjangkan rambut saya, saya ingin seperti Fabio Cannavaro dan Alessandro Nesta,” kata Giroud kepada L’Equipe

“Abang saya memberikan salah satu baju Kappa yang menakjubkan itu. Saya menangis ketika Roberto Baggio gagal mencetak gol penalti di 1994, dan di 2006 saya mendukung Les Blues, tentu saja.”

Giroud tiba di Milan pada musim panas lalu, mewujudkan mimpinya bermain dengan Rossoneri. 

“Mimpi saya bermain di Inggris, tapi di Italia, hanya di Milan. Andriy Shevchenko penyerang favorit saya,” tambahnya. 

“Saya juga banyak menonton video Marco Van Basten. Saya ingat betul final Liga Champions (2005) melawan Liverpool. Waktu itu saya sedih. Mereka unggul 3-0 dan Sheva gagal mencetak gol penalti penentu. Pada 2007, mereka menang lagi. Milan klub yang hebat.”

Giroud percaya Serie A telah menjadi liga yang kompetitif dan menjelaskan bagaimana Stefano Pioli dan Paolo Maldini menjadi sosok penting dalam pengembangan klub. 

“Sakit melihat Milan di belakang Juventus. Kalau saya bisa bilang, Milan kekurangan sosok seperti Paolo Maldini. Dia datang ke sesi latihan setiap hari. Pelatih mengerjakan pekerjaannya, tapi klub ini selalu dekat. 

“Tak ada kesempatan yang ditinggalkan. Jika seorang pemain berlatih dengan bagus dan cukup kompetitif, pelatih akan melihatnya dan memberikan kesempatan. Sesi latihannya intens dan Serie A jadi kompetitif kembali, tidak seperti ketika Juventus mendominasi.”

Pemain berusia 35 tahun ini menikmati hidupnya di Italia. Ia bersama Milan memiliki peluang besar mengakhiri puasa gelar Scudetto mereka setelah 11 tahun. 

Musim ini Giroud merupakan pencetak gol terbanyak kedua untuk Milan di bawah Rafael Leao. Namun ia telah mencetak gol-gol penting saat melawan Inter, Napoli, dan Lazio. 

“Saya sudah berbicara bahasa Italia sejak hari pertama, pelatin ingin kami berbicara bahasa Italia agar mengerti satu sama lain selama pertandingan,” ujar Giroud. 

“Banyak hal yang harus dilakukan, targetnya ialah lolos ke Liga Champions, tapi dengan hasil yang diraih Milan, Scudetto menjadi tujuan utama yang ada di kepala saya.”

Milan kini hanya berada satu angka di bawah Inter di puncak klasemen sementara Serie A. Namun Milan masih memiliki satu laga di tangan.